Inovasi dan Kepemimpinan - AKSIOLOGI SAINS
ARTIKEL AKSIOLOGI SAINS
MATA KULIAH INOVASI DAN KEPEMIMPINAN
Disusun Oleh : AGGRIVINA
Semester II
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi – Institut Bisnis
Ekonomi dan Keuangan (STIE-IBEK)
Jl. Usman Ambon No. 4, Pangkalpinang,
Kepulauan Bangka Belitung 33684
Telp. (0717-438735)
BAB I
PENDAHULUAN
A. A.
Latar Belakang
Ilmu merupakan sesuatu yang paling
penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia
bisa terpenuhi secara cepat dan mudah. Dan merupakan kenyataan yang tak dapat
dimungkiri bahwa peradaban manusia sangat berhutang pada ilmu. Ilmu telah
banyak mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan,
kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan kemajuan
ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi,
pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya. Singkatnya ilmu
merupakan sarana untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah dan penyelamat
manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan kemajuan ilmu pengetahuan, manusia
dapat menciptakan berbagai bentuk teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang pada
awalnya untuk memudahkan kerja manusia, namun kemudian dipergunakan untuk
hal-hal yang bersifat negatif yang menimbulkan malapetaka bagi umat manusia itu
sendiri, seperti yang terjadi di Bali dan Jakarta baru-baru ini. Disinilah ilmu
harus di letakkan proporsional dan memihak pada nilai- nilai kebaikan dan kemanusian.
Sebab, jika ilmu tidak berpihak pada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah
bencana dan malapetaka.
Setiap ilmu pengetahuan akan menghasilkan teknologi yang kemudian akan
diterapkan pada masyarakat. Proses ilmu pengetahuan menjadi sebuah teknologi
yang benar-benar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tentu tidak terlepas dari
si ilmuwannya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada kepentingan-kepentingan
pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa pada persoalan etika
keilmuan serta masalah bebas nilai. Untuk itulah tanggung jawab seorang ilmuwan
haruslah “dipupuk” dan berada pada tempat yang tepat, tanggung jawab akademis,
dan tanggung jawab moral.
Pernyataan diatas berkaitan dengan wewenang penjelajahan sains, kaitan
ilmu dengan moral, nilai yang menjadi acuan seorang ilmuan, dan tanggung jawab
sosial ilmuan telah menempatkan aksiologi ilmu pada posisi yang sangat penting.
Karena itu, salah satu aspek pembahasan integrasi keilmuan ialah aksiologi
ilmu.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian aksiologi?
2.
Apa fungsi aksiologi ?
3.
Apa saja pendekatan “ pendekatan dalam
aksiologi?
4.
Apa kaitan aksiologi dengan filsafat ilmu?
C.
Tujuan
1.
Untuk menjelaskan pengertian aksiologi
2.
Untuk mengetahui fungsi aksiologi
3.
Untuk mengetahui pendekatan-pendekatan dalam
aksiologi
4.
Untuk mengetahui kaitan aksiologi dengan
filsafat ilmu
BAB
II
AKSIOLOGI
ILMU
- Pengertian Aksiologi Ilmu
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari
kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992). Nilai yang dimaksud adalah
sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang
disebut sebagai kebenaran atau kenyataan itu sebagaimana kehidupan kita yang
menjelajahi kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materiil, dan
kawasan simbolik yang masing-masing menunjukan aspeknya sendiri-sendiri. Lebih
dari itu, aksiologi juga menunjukan kaidah-kaidah apa yang harus kita
perhatikan di dalam menerapkan ilmu kedalam praksis.[1][1] Menurut Suriasumantri aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut kamus Bahasa Indonesia
aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Menurut
Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu :
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral,
bidang ini melahirkan disiplin khusus, yaitu etika
2. Estetic Expression, yaitu ekspresi
keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan
3. Sosio-political life, yaitu kehidupan
sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Dari
definisi-definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan
utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan
etika dan estetika. Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat
kalau dikatakan bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia,
dan dapat dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau
dari segi baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu
suatu kondisi yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan
dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap
lingkungan dan fenomena di sekelilingnya. Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik
dan buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara
dan tujuan (means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang
konsisten untuk perilaku etis.[2][2]
Kattsoff (2004: 323) menyatakan bahwa pertanyaan mengenai hakekat nilai dapat
dijawab dengan tiga macam cara yaitu:
- Subyektivitas yatu nilai sepenuhnya berhakekat subyektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai merupakan reaksi yang diberikan manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung dari pengalaman.
- Obyektivisme logis yaitu nilai merupakan kenyataan ditinjau dari segi ontologi, namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu.Nilai-nilai tersebut merupakan esensi logis dan dapat diketahui melalui akal.
- Obyektivisme metafisik yaitu nilai merupakan unsur obyektif yang menyusun kenyataan.
- Fungsi Aksiologi
Aksiologi ilmu pengetahuan
sebagai strategi untuk mengantisipasi perkembangan dan teknologi (IPTEK) tetap
berjalan pada jalur kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja aksiologi antara
lain :
1.
Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan menemukan kebenaran yang hakiki.
2.
Dalam pemilihan objek penelaahan dapat dilakukan secara etis, tidak mengubah
kodrat manusia, dan tidak merendahkan martabat manusia.
3.
Pengembangan ilmu pengetahuan diarahkan untuk dapat meningkatkan taraf hidup
yang memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta memberikan keseimbangan
alam lewat pemanfaatan ilmu.[3][3]
- Pendekatan-Pendekatan dalam Aksiologi
Pendekatan-pendekatan
dalam aksiologi dapat dijawab dengan tiga macam cara, yaitu :
1. Nilai sepenuhnya berhakekat
subyektif. Ditinjau dari sudut pandang ini, nilai-nilai merupaka reaksi-reaksi
yang diberkan oleh manusia sebagai pelaku dan keberadaannya tergantung pada
pengalaman-pengalaman mereka.
2. Nilai-Nilai merupakan
kenyataan-kenyataan yang ditinjau dari segi ontologi namun tidak terdapat dalam
ruang dan waktu.
3. Nilai-Nilai merupakan
unsur-unsur obyektif yang menyusun kenyataan.[4][4]
- Hubungan Aksiologi dengan Filsafat Ilmu
Kaitan Antara Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu
adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang bersifat subjektif.
Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran
yang menilai. Tolak ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek
yang melakukan penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada
pendapat individu melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya, nilai menjadi
subjektif, apabila subjek berperan dalam memberi penilaian; kesadaran manusia menjadi
tolak ukur penilaian.
Dengan
demikian nilai subjektif selalu memperhatikan berbagai pandangan yang dimiliki
akal budi manusia, seperti perasaan yang akan mengasah kepada suka atau tidak
suka, senang atau tidak senang. Bagaimana dengan objektivitas ilmu? Sudah
menjadi ketentuan umum dan diterima oleh berbagai kalangan bahwa ilmu harus
bersifat objektif. Salah satu faktor yang membedakan antara peryataan ilmiah
dengan anggapan umum ialah terletak pada objektifitasnya.
Seorang ilmuan harus melihat realitas empiris
dengan mengesampingkan kesadaran yang bersifat idiologis, agama dan budaya.
Seorang ilmuan haruslah bebas dalam menentukan topik penelitiannya, bebas
melakukan eksperimen-eksperimen. Ketika seorang ilmuan bekerja dia hanya
tertuju kepada proses kerja ilmiah dan tujuannya agar penelitiannya berhasil
dengan baik. Nilai objektif hanya menjadi tujuan utamanya, dia tidak mau
terikat pada nilai subjektif .
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aksiologi
adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai
atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai
teori nilai. Aksiologi ilmu (nilai) adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, yang umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan (Kattsoff: 1992).
Kaitan
Antara Aksiologi Dengan Filsafat Ilmu adalah Nilai itu bersifat objektif, tapi
kadang-kadang bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak
tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Aksiologi
membberikan jawaban untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu di pergunakan.
Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah nilai.
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan nilai.
Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi
metode ilmiah dengan norma-norma nilai.
B.
Saran
Seorang
pendidik hendaknya tahu akan pentingya hakekat nilai yang akan diajarkan kepada
para anak didiknya, sehingga anak didik mengetahui etika keilmuan yang bermoral
dalam ilmu yang dipelajarinya.
Semoga makalah
ini bisa menjadi bahan
acuan dan semangat untuk mengkaji dan membuat makalah yang semakin baik.
Pembahasan makalah ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis
masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
http://laily-muttoharoh.blogspot.com/2011/12/dimensi-aksiologi
http://ganjureducation.wordpress.com/2010/12/28/aksiologi-ilmu-pengetahuan
Louis
o. Kattsoff. 2004. Pengantar Filsafat.
Yogyakarta: Tiara wacana yogya
Risieri
Frondizi. 2007. Pengantar Filsafat Nilai. Yogyakarta : Pustaka pelajar
Dipostkan oleh : AGGRIVINA 23:15
Komentar
Posting Komentar