Inovasi dan Kepemimpinan - Ontologi Sains
ARTIKEL ONTOLOGI SAINS
MATA KULIAH INOVASI DAN KEPEMIMPINAN
Disusun Oleh : AGGRIVINA

Semester II
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi – Institut Bisnis
Ekonomi dan Keuangan (STIE-IBEK)
Jl. Usman Ambon No. 4, Pangkalpinang,
Kepulauan Bangka Belitung 33684
Telp. (0717-438735)
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ontologi merupakan salah satu kajian
filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret.
Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan
mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan
kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat
diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir,
dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai
dasar pembahasan realitas.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu
pengetahuan dengan jalan melakukan pengamatan atau pun penelitian, kemudian
peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat penjelasan mengenai hasil
pengamatan atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu merupakan suatu
kegiatan yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana
suatu ilmu pengetahuan berasal. Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu
pengetahuan tidak dapat menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam
pengkajiannya.
Filsafat adalah refleksi
kritis yang radikal.
Refleksi adalah upaya memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur
yang hakiki atau inti. Apabila ilmu pengetahuan mengumpulkan data empiris atau
data fisis melalui observasi atau eksperimen, kemudian dianalisis agar dapat
ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh filsafat hukum-hukum
yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis
dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan
pemahaman yang mendalam.
Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat.
Apabila ilmu pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka
filsafat sifatnya mempertemukan berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan
memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya
Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja, filsafat objeknya tidak
dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis
atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu
pengetahuan tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan
pola-polanya, maka filsafat tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu
pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu pengetahuannya datanya mendetail dan
akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak perlu mendetail dan
akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu dianalisis
secara mendalam.
Dari
latar belakang tersebut, maka dalam makalah ini akan di bahas mengenai Objek
Ontologi Ilmu.
b.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dan
bidang kajian Ontologi?
2.
Apa saja macam-macam
Aliran-aliran Ontologi?
3.
Apa yang menjadi Aspek
dan manfaat Ontologi?
c.
Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dan bidang kajian
Ontologi
2. Menjelaskan Aliran-aliran Ontologi
3. Menerangkan Aspek dan Manfaat Ontologi Ilmu
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Ontologi
Sebagai sebuah disiplin ilmu, filsafat tentu juga akan
mengalami dinamika dan perkembangan sesuai dengan dinamika dan perkembangan
ilmu-ilmu yang lain, yang biasanya mengalami percabangan. Filsafat sebagi suatu
disiplin ilmu telah melahirkan tiga cabang kajian. Ketiga cabang kajian itu
ialah teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan teori
nilai (aksiologi). [Cecep Sumarna, 2006:47]
Pembahasan tentang ontologi sebagi dasar ilmu berusaha
untuk menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi benda.
Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu On=being, dan Logos=logic.
Jadi, ontologi adalah The Theory of
Being Qua Being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan). [Amsal Bakhtiar, 2007:132]
Sedangkan Jujun S. Suriasamantri mengatakan bahwa
ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu,
atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai yang “ada”. [Jujun S.
Suriasumantri, 1985:5]
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
- Menurut bahasa, ontologi berasal
dari Bahasa Yunani, yaitu On/Ontos=ada, dan Logos=ilmu. Ontologi adalah ilmu
tentang hakikat yang ada.
- Menurut istilah, ontologi adalah
ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan Kenyataan yg asas,
baik yang berbentuk jasmani / konkret, maupun rohani / abstrak.
2. Bidang Kajian Ontologi
Ontologi pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf Goclenius pada
tahun 1636 M yang menamai teori tentang hakikat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya, Christian
Wolff (1679 – 1754 M) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan
metafisika khusus. Metafisika umum dimaksudkan sebagai istilah lain dari
ontologi. Sedang metafisika khusus masih dibagi lagi
menjadi kosmologi, psikologi dan teologi.[Amsal Bahtiar, 2004:135]. Objek kajian ontologi
adalah hakikat seluruh kenyataan. Yang nantinya, objek ini melahirkan
pandangan-pandangan (point of view)
/ aliran-aliran pemikiran dalam kajian ontologi antara lain: Monoisme, Dualisme, Pluralisme,
Nihilisme, dan Agnotisisme.
3. Aliran-aliran
Ontologi
A. Monoisme
Paham ini menganggap bahwa hakikat yang asal dari
seluruh kenyataan itu hanyalah satu saja, tidak mungkin dua, baik yang asal
berupa materi ataupun rohani. Paham ini kemudian terbagi kedalam 2 aliran :
1). Materialisme
Aliran materialisme ini menganggap bahwa sumber yang asal itu
adalah materi, bukan rohani. Aliran pemikiran ini dipelopori oleh Bapak
Filsafat yaitu Thales (624-546 SM). Dia berpendapat bahwa sumber asal adalah
air karena pentingnya bagi kehidupan. Aliran ini sering juga disebut
naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan satu-satunya
fakta. Yang ada hanyalah materi/alam, sedangkan jiwa /ruh tidak berdiri
sendiri. Anaximander (585-525 SM). Dia
berpendapat bahwa unsur asal itu adalah udara dengan alasan bahwa udara
merupakan sumber dari segala kehidupan. Dari segi dimensinya paham ini sering
dikaitkan dengan teori Atomisme. Menurutnya semua materi tersusun dari sejumlah
bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap tak dapat dirusakkan.
Bagian-bagian yang terkecil dari itulah yang dinamakan atom-atom. Demokritos
(460-370 SM). Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini merupakan atom-atom yang
banyak jumlahnya, tak dapat di hitung dan amat halus. Atom-atom inilah yang
merupkan asal kejadian alam.[ Jujun S. Suriasumantri, 1996:64]
2). Idealisme
Idealisme diambil dari kata “idea” yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa.[Amsal Bakhtiar,
2007:138] Aliran ini menganggap bahwa dibalik realitas fisik pasti ada
sesuatu yang tidak tampak. Bagi aliran ini, sejatinya sesuatu justru terletak
dibalik yang fisik. Ia berada dalam ide-ide, yang fisik bagi aliran ini
dianggap hanya merupakan bayang-bayang, sifatnya sementara, dan selalu menipu.
Eksistensi benda fisik akan rusak dan tidak akan pernah membawa orang pada
kebenaran sejati.[Cecep Sumarna, 2006:48]
Dalam perkembangannya, aliran ini ditemui dalam ajaran Plato
(428-348 SM) dengan teori idenya. Menurutnya, tiap-tiap yang ada di dalam mesti
ada idenya yaitu konsep universal dari tiap sesuatu. Alam nyata yang menempati
ruangan ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide itu. Jadi, idelah yang
menjadi hakikat sesuatu, menjadi dasar wujud sesuatu.[ Harun Nasution,
1982:53] juga Aristoteles,George Barkeley, Immanuel Kant, Fichte, Hegel
dan Schelling.
B. Dualisme
Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat
sebagai asal sumbernya, yaitu hakikat materi dan hakikat rohani, benda dan roh,
jasad dan spirit. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan
abadi. Hubungan keduanya menciptakan kehidupan dalam alam ini.
Tokoh paham ini adalah Descartes (1596-1650 M)
yang dianggap sebagai bapak filsafat modern. Ia menamakan kedua hakikat itu
dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan dunia ruang (kebendaan). Ini
tercantum dalam bukunya Discours de la
Methode (1637) dan Meditations
de Prima Philosophia (1641). Dalam bukunya ini pula, Ia menerangkan
metodenya yang terkenal dengan Cogito
Descartes (metode keraguan Descartes/Cartesian Doubt). Disamping
Descartes, ada juga Benedictus de Spinoza (1632-1677 M), dan Gitifried Wilhelm
von Leibniz (1646-1716 M).[Amsal Bakhtiar, 2007:142]
C. Pluralisme
Paham ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk
merupakan kenyataan. Lebih jauh lagi paham ini menyatakan bahwa kenyataan alam
ini tersusun dari banyak unsur.
Tokoh aliran ini pada masa Yunani Kuno adalah
Anaxagoras dan Empedocles yang menyatakan bahwa substansi yang ada itu
terbentuk dan terdiri dari 4 unsur, yaitu tanah, air, api, dan udara.
Tokoh modern aliran ini adalah William James (1842-1910
M) yang terkenal sebagai seorang psikolog dan filosof Amerika. Dalam bukunya The Meaning of Truth, James mengemukakan bahwa tiada
kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri
sendiri, lepas dari akal yang mengenal. Apa yang kita anggap benar sebelumnya dapat
dikoreksi/diubah oleh pengalaman berikutnya.
D. Nihilisme
Nihilisme berasal dari bahasa Latin yang berarti nothing atau tidak ada. Doktrin
tentang nihilisme sudah ada semenjak zaman Yunani Kuno, tokohnya yaitu Gorgias
(483-360 SM) yang memberikan 3 proposisi tentang realitas yaitu: Pertama, tidak ada sesuatupun yang
eksis, Kedua, bila sesuatu itu ada ia tidak dapat diketahui, Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita
ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Tokoh modern aliran ini diantaranya: Ivan Turgeniev
(1862 M) dari Rusia dan Friedrich Nietzsche (1844-1900 M), dengan pendapatnya
bahwa dunia terbuka untuk kebebasan dan kreativitas manusia. Ia dilahirkan di
Rocken di Prusia dari keluarga pendeta.
E. Agnotisisme
Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk
mengetahui hakikat benda. Baik hakikat materi maupun ruhani. Kata Agnoticisme
berasal dari bahasa Greek yaitu Agnostos
yang berarti unknown. A artinya not, Gno artinya
know. Timbulnya aliran ini
dikarenakan belum dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara konkret
akan adanya kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat kita kenal. Aliran ini seperti Filsafat Eksistensinya Soren Kierkegaar (1813-1855 M), yang terkenal
dengan julukan sebagai Bapak Filsafat Eksistensialisme yang menyatakan bahwa
manusia tidak pernah hidup sebagai suatu aku
umum, tetapi sebagai aku
individual yang sama sekali unik dan tidak dapat dijabarkan ke dalam
sesuatu orang lain. Berbeda dengan pendapat Martin Heidegger (1889-1976 M), yang
mengatakan bahwa satu-satunya yang ada itu ialah manusia, karena hanya
manusialah yang dapat memahami dirinya sendiri. Tokoh lainnya adalah, Jean Paul
Sartre (1905-1980 M), yang mengatakan bahwa manusia selalu menyangkal. Hakikat
beradanya manusia bukan entre
(ada), melainkan a entre (akan
atau sedang). Jadi, agnostisisme adalah paham pengingkaran/penyangkalan
terhadap kemampuan manusia mengetahui hakikat benda, baik materi maupun ruhani.[Amsal Bakhtiar, 2007:148]
4. ASPEK ONTOLOGI
Ontologi membahas tentang yang
ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Dalam kaitan dengan
ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu.
Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya pada
daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada hal
yang sesuai dengan akal manusia.
Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya
diuraikan/ditelaah secara :
a. Metodis;
Menggunakan cara ilmiah
b. Sistematis;
Saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keseluruhan
c. Koheren;
Unsur-unsurnya harus bertautan,tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan
d. Rasional;
Harus berdasar pada kaidah berfikir yang benar (logis)
e. Komprehensif;
Melihat obyek tidak hanya dari satu sisi/sudut pandang, melainkan secara
multidimensional atau secara keseluruhan (holistik)
f. Radikal;
Diuraikan sampai akar persoalannya, atau esensinya
g. Universal;
Muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja.
Contoh aspek ontologi pada ilmu
matematika
Aspek
ontologi pada ilmu matematika akan diuraikan sebagai berikut :
a. Metodis;
matematika merupakan ilmu ilmiah (bukan fiktif)
b. Sistematis;
ilmu matematika adalah ilmu telaah pola dan hubungan artinya kajian-kajian ilmu
matematika saling berkaitan antara satu sama lain
c. Koheren;
konsep, perumusan, definisi dan teorema dalam matematika saling bertautan dan
tidak bertentangan
d. Rasional;
ilmu matematika sesuai dengan kaidah berpikir yang benar dan logis
e. Komprehensif;
objek dalam matematika dapat dilihat secara multidimensional (dari barbagai
sudaut pandang)
f.
Radikal; dasar ilmu matematika adalah
aksioma-aksioma Universal; ilmu matematika kebenarannya berlaku secara umum dan
di mana saja. [Ani, 2011]
5. MANFAAT MEMPELAJARI ONTOLOGI
Ontologi yang merupakan salah satu kajian
filsafat ilmu mempunyai beberapa manfaat, di antaranya sebagai berikut:
- Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang ada.
- Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
3.
Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah
keilmuan
maupun masalah, baik itu sains hingga etika.[ Farina Anis, 2007]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian
ontologi menurut bahasa, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu on atau
ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada,
sedangkan menurut istilah, ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat
yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret
maupun rohani atau abstrak.
Pengetahuan
sains merupakan pengetahuan yang bersifat rasional – empiris. Dalam masalah
rasional pernyataan atau hipotesis yang dibuat haruslah berdasarkan rasio, sedangkan
untuk masalah empiris hipotesis yang dibuat tadi diuji (kebenarannya) mengikuti
prosedur metode ilmiah.
Prinsip
dasar ontologi ilmu adalah wilayah ontologi ilmu terbatas pada jangkauan
pengetahuan ilmiah manusia. Sementara kajian objek penelaahan yang berada dalam
batas pra pengalaman (seperti penciptaan manusia) dan pasca pengalaman (seperti
surga dan neraka) menjadi ontologi lainya diluar ilmu
Ilmu
pengetahuan dibedakan atas dua asas, yaitu obyek atau lapangan ilmu pengetahuan
dan sudut pandang. Obyek dapat dibedakan atas dua macam, yaitu obyek material
dan obyek formal. Jadi yang membedakan antara satu ilmu pengetahuan dengan
pengetahuan lainnya adalah obyek material atau lapangan ilmu pengetahuan itu.
Apabila obyek materialnya sama maka yang membedakan ialah obyek formalnya atau
sudut pandangnya.
Terdapat
tiga segi pandangan ontologi yaitu yang pertama keberadaan dipandang dari segi
jumlahnya atau kualitas yang terdiri dari monoisme, dualism, pluralism,
nihilism, Keberadaan dipandang dari segi jumlah artinya berapa banyak kenyataan
yang paling dalam itu. Yang kedua adalah keberadaan dipandang dari segi
kualitas atau sifatnya yang terdiri atas spiritualisme dan materialisme. Yang
ketiga adalah keberadaan yang dipandang dari segi proses, kejadian atau
perubahan, aliran yang menjawab perubahan ini diantaranya adalah mekanisme,
teleologi dan vitalisme.
B. Saran
Dalam
penulisan makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan. Sumber yang didapat
pun sangat minim, namun penulis bisa memberi saran bahwa pembelajaran tentang
Filsafat ilmu bisa diterapkan oleh semua kalangan yang ingin mengetahui tentang
tentang karya ilmiah serta dapat langsung dipelajari dalam pembuatan karya
ilmiah seperti skripsi, tesis, maupun disertasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Bakhtiar, Amsal,
Filsafat Ilmu. Jakarta
Nasution, Harun,
Filsafat Agama. Jakarta
Sumarna, Cecep,
Filsafat Ilmu dari Hakikat Menuju Nilai.
Suriasumantri , Jujun S. Pengantar Ilmu dalam Perspektif.
Komentar
Posting Komentar