Inovasi dan Kepemimpinan - Epistemologi Sains
ARTIKEL EPISTEMOLOGI SAINS
MATA KULIAH INOVASI DAN KEPEMIMPINAN
Disusun Oleh : AGGRIVINA
Semester II
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi – Institut Bisnis
Ekonomi dan Keuangan (STIE-IBEK)
Jl. Usman Ambon No. 4, Pangkalpinang,
Kepulauan Bangka Belitung 33684
Telp. (0717-438735)
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia
hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja. Akan tetapi manusia
juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di lingkungan sekitar
mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia seringkali melakukan
komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan. Salah satu informasi
yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan. Pengetahuan sangat diperlukan
bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan manfaat yang sangat besar bagi
kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak jarang manusia harus mempelajari
Epistemologi. Epistemologi disebut juga sebagai teori pengetahuan karena
mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu manusia, termasuk ilmu logika dan
ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang, merupakan dasar dan pondasi segala
ilmu dan pengetahuan.
Sejak
semula, epistemologi merupakan salah satu bagian dari filsafat sistematik yang
paling sulit. Sebab epistemologi menjangkau permasalahan-permasalahan yang
membentang luas, sehingga tidak ada sesuatu pun yang boleh disingkirkan
darinya. Selain itu pengetahuan merupakan hal yang sangat abstrak dan jarang
dijadikan permasalahan ilmiah di dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan
biasanya diandaikan begitu saja. Oleh sebab itu, perlu diketahui apa saja yang
menjadi dasar-dasar pengetahuan yang dapat digunakan manusia untuk
mengembangkan diri dalam mengikuti perkembangan informasi yang pesat.
1.2.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan Epistemologi ?
2.
Bagaimana
ruang lingkup Epistimologi ?
3.
Apa
saja aliran- aliran yang ada dalam Epistemologi ?
4.
Bagaimana
pengaruh Epistemologi terhadap peradaban manusia ?
C. Tujuan Penulisan
1.
Untuk
mengetahui pengertian epistemologi
2.
Untuk
mengetahui ruang lingkup epistemoligi
3.
Untuk mengetahui
aliran-aliran yang ada dalam epistemologi
4.
Untuk mengetahui pengaruh
epistemologi terhadap pendidikan matematika.
5.
Untuk mengetahui
pengaruh epistemologi terhadap peradaban manusia.
D.
Manfaat Penulisan
Dengan memahami epistemologi dapat mengetahui ruang lingkup,
aliran-aliran, dan pengaruh epistemologi terhadap pendidikan matematika dan
peradaban manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Epistemologi
Istilah “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu “episteme” yang berarti pengetahuan dan ‘logos” berarti perkataan, pikiran, atau ilmu. Kata “episteme” dalam bahasa Yunani
berasal dari kata kerja epistamai, artinya
menundukkan, menempatkan, atau meletakkan. Maka, secara harafiah episteme berarti pengetahuan sebagai
upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu dalam kedudukan setepatnya. Bagi
suatu ilmu pertanyaan yang mengenai definisi ilmu itu, jenis pengetahuannya,
pembagian ruang lingkupnya, dan kebenaran ilmiahnya, merupakan bahan-bahan
pembahasan dari epistemologinya.
Epistemologi sering juga
disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan
kepada makna pengetahuan yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria
pengetahuan, jenis pengetahuan, dan lain sebagainya.
Beberapa ahli yang mencoba mengungkapkan definisi
dari pada epistemologi adalah P. Hardono Hadi. Menurut beliau epistemologi
adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mencoba menentukan kodrat dan skope
pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasarnya, serta pertanggung jawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Tokoh lain yang mencoba
mendefinisikan epistemoogi adalah D.W Hamlyin, beliau mengatakan bahwa
epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, dasar dan pengandaian – pengandaian serta secara umum hal
itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Runes dalam kamusnya menjelaskan bahwa epistemology is the branch of philosophy
which investigates the origin, stukture, methods and validity of knowledge.
Itulah sebabnya kita sering menyebutnya dengan istilah epistemologi untuk
pertama kalinya muncul dan digunakan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854 (Runes,
1971-1994).
2.2.
Ruang Lingkup Epistemologi
M. Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi
hakekat, sumber dan validitas pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam
aspek, yaitu hakikat, unsur, macam, tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan.
Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa epistemologi mencakup pertanyaan yang
harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa
hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran itu,
mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan
sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua
masalah pokok ; masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu. Mengingat epistemologi mencakup aspek yang begitu
luas, sampai Gallagher secara ekstrem menarik kesimpulan, bahwa epistemologi
sama luasnya dengan filsafat. Usaha menyelidiki dan mengungkapkan kenyataan
selalu seiring dengan usaha untuk menentukan apa yang diketahui dibidang
tertentu.
Dalam pembahasa-pembahsan epistemologi, ternyata hanya
aspek-aspek tertentu yang mendapat perhatian besar dari para filosof, sehingga
mengesankan bahwa seolah-olah wilayah pembahasan epistemologi hanya terbatas
pada aspek-aspek tertentu. Sedangkan aspek-aspek lain yang jumlahnya lebih
banyak cenderung diabaikan.
M. Amin Abdullah menilai, bahwa seringkali kajian
epistemologi lebih banyak terbatas pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber
ilmu pengetahuan secara konseptual-filosofis. Sedangkan Paul Suparno menilai
epistemologi banyak membicarakan mengenai apa yang membentuk pengetahuan
ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan dalam pembahasan
epistemologi, atau setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian yang layak.
Namun, penyederhanaan makna epistemologi itu berfungsi
memudahkan pemahaman seseorang, terutama pada tahap pemula untuk mengenali
sistematika filsafat, khususnya bidang epistemologi. Hanya saja, jika dia ingin
mendalami dan menajamkan pemahaman epistemologi, tentunya tidak bisa hanya
memegangi makna epistemologi sebatas metode pengetahuan, akan tetapi
epistemologi dapat menyentuh pembahasan yang amat luas, yaitu komponen-komponen
yang terkait langsung dengan “bangunan” pengetahuan.
2.3.
Aliran-Aliran Epistemologi
Ada
beberapa aliran yang berbicara tentang ini, diantaranya :
1.
Empirisme
Kata
empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata empiria, yang artinya pengalaman. Menurut
aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila
dikembalikan kepada kata yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman
inderawi. Manusia tahu es dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis karena
manusia mencicipinya.
John
locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa
berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari
pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia
memiliki pengetahuan. Mula- mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana,
lama-lama sulit, lalu tersusunlah pengetahuan berarti.berarti, bagaimanapun
kompleks (sulit)-nya pengetahuan manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada
pengalaman indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukan
pengetahuan yang benar. Jadi,
pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode
penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode eksperimen.
Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu kecil ketika
dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.
2.
Rasionalisme
Secara
singkat aliran ini menyatakan bahwa akal
adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan
diukur dengan akal. Manusia, menurut aliran ini, menmperoleh pengetahuan
melalui kegiatan akal menangkap objek. Bapak aliran ini adalah Descartes
(1596-1650). Descartes seorang filosof yang tidak puas dengan filsafat
scholastic yang pandangannya bertentangan, dan tidak ada kepastian disebabkan
oleh kurangnya metode berpikir yang tepat. Dan ia juga mengemukakan metode
baru, yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap segala sesuatu,
dalam keragu-raguan itu jelas ia sedang berpikir. Sebab, yang sedang berpikir
itu tentu ada dan jelas ia sedang erang menderang. Cogito Ergo Sun (saya berpikir, maka saya ada).
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio sajalah yang dapat membawa orang
kepada kebenaran. Yang benar hanya tindakal akal yang terang benderang yang
disebut Ideas Claires el Distictes
(pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang
inilah pemberian tuhan seorang dilahirkan ( idea innatae = ide bawaan). Sebagai
pemberian tuhan, maka tak mungkin tak benar. Karena rasio saja yang dianggap
sebagai sumber kebenaran, aliran ini disebut rasionlisme. Aliran rasionalisme
ada dua macam , yaitu dalam bidang agama dan dalam bidang filsafat. Dalam
bidang agama , aliran rasionalisme adalah lawan dari otoritas dan biasanya
digunakan untuk mengkritik ajran agama. Adapun dalam bidang filsafat,
rasionalisme adalah lawan dari empirisme dan sering berguna dalam menyusun
teori pengetahuan .
3.
Positivisme
Tokoh
aliaran ini adalah august compte (1798-1857). Ia menganut paham empirisme. Ia
berpendapat bahwa indera itu sangat penting dalam memperoleh pengetahuan.
Tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
Kekeliruan indera akan dapat dikoreksi lewat eksperimen. Eksperimen memerlukan
ukuran-ukuran yang jelas. Misalnya untuk mengukur jarak kita harus menggunakan
alat ukur misalnya meteran, untuk mengukur berat menggunakan neraca atau
timbangan misalnya kiloan . Dan dari itulah kemajuan sains benar benar dimulai.
Kebenaran diperoleh dengan akal dan didukung oleh bukti empirisnya. Dan alat
bantu itulah bagian dari aliran positivisme. Jadi, pada dasarnya positivisme
bukanlah suatu aliran yang dapat berdiri sendiri. Aliran ini menyempurnakan
empirisme dan rasionalisme.
4.
Intuisionisme
Henri
Bergson (1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera
yang terbatasa, akal juga terbatas. Objek yang selalu berubah, demikian
bargson. Jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap. Intelektual atau
akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia
mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, jadi dalam hal itu manusia tidak
mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap
pada objek. Misalnya manusia menpunyai pemikiran yang berbeda-beda. Dengan
menyadari kekurangan dari indera dan akal maka bergson mengembangkan satu
kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi.
5.
Kritisme
Aliran ini muncul pada abad
ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli pemikir yang cerdas mencoba
menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme. Seorang ahli
pikir jerman Immanuel Kant (1724-18004) mencoba menyelesaikan persoalan diatas,
pada awalnya, kant mengikuti rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran
empirisme. Akhirnya kant mengakui peranan akal harus dan keharusan empiris,
kemudian dicoba mengadakan sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber
pada akal (rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman
(empirime).
Jadi, metode berpikirnya
disebut metode kiritis. Walaupun ia mendasarkan diri dari nilai yang tinggi
dari akal, tetapi ia tidak mengingkari bahwa adanya persoalan-persoalan yang
melampaui akal.
6.
Idealisme
Idealisme adalah suatu
aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami dalam
kaitan dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu suatu yang hadir dalam
jiwa. Pandangan ini dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern.
Idealisme mempunyai argumen
epistemologi tersendiri. Oleh karena itu, tokoh-tokoh teisme yang mengajarkan
bahwa materi tergantung pada spirit tidak disebut idealisme karena mereka tidak
menggunakan argumen epistemologi yang digunakan oleh idealisme. Idealisme
secara umum berhubungan dengan rasionalisme. Ini adalah mazhab epistemologi
yang mengajarkan bahwa pengetahuan apriori atau deduktifdapat diperoleh dari
manusia denganakalnya
2.4.
Pengaruh Epistemologi
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap peradaban manusia. Suatu
peradaban, sudah tentu dibentuk oleh teori pengetahuannya. Epistemologi
mengatur semua aspek studi manusia, dari filsafat dan ilmu murni sampai ilmu
sosial. Epistemologi dari masyarakatlah yang memberikan kesatuan dan koherensi
pada tubuh, ilmu-ilmu mereka itu suatu kesatuan yang merupakan hasil pengamatan
kritis dari ilmu-ilmu dipandang dari keyakinan, kepercayaan dan sistem nilai
mereka. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi. Wujud
sains dan teknologi yang maju disuatu negara, karena didukung oleh penguasaan
dan bahkan pengembangan epistemologi. Tidak ada bangsa yang pandai merekayasa
fenomena alam, sehingga kemajuan sains dan teknologi tanpa didukung oleh
kemajuan epistemologi. Epistemologi menjadi modal dasar dan alat yang strategis
dalam merekayasa pengembangan-pengembangan alam menjadi sebuah produk sains
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Demikian halnya yang terjadi pada
teknologi. Meskipun teknologi sebagai penerapan sains, tetapi jika dilacak
lebih jauh lagi ternyata teknologi sebagai akibat dari pemanfaatan dan
pengembangan epistemologi.
Epistemologi senantiasa mendorong manusia untuk selalu berfikir dan berkreasi
menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru. Semua bentuk teknologi yang
canggih adalah hasil pemikiran-pemikiran secara epistemologis, yaitu pemikiran
dan perenungan yang berkisar tentang bagaimana cara mewujudkan sesuatu,
perangkat-perangkat apa yang harus disediakan untuk mewujudkan sesuatu itu, dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
a.
Kesimpulan
1. Epistemologi disebut teori pengetahuan
(theory of knowledge). Epistemologi lebih memfokuskan kepada makna pengetahuan
yang berhubungan dengan konsep, sumber, dan kriteria pengetahuan, jenis
pengetahuan, dan lain sebagainya.
2. Pengetahuan dapat diperoleh melalui
beberapa hal yaitu:
a. Pengetahuan
diperoleh dari akal, yakni pengetahuan yang didapatkan melalui proses berpikir
yang logis sehingga dapat diterima oleh akal. Dari sini memunculkan aliran
rasionalisme.
b. Pengetahuan diperoleh dari
pengalaman, yakni pengetahuan baru muncul ketika indera manusia menimba
pengalaman dengan cara melihat dan mengamati berbagai kejadian dalam kehidupan,
jadi ketika manusia lahir benar-benar dalam keadaan yang bersih dan suci dari
apapun. Aliran yang mempunyai paham ini adalah aliran empirisme.
c. Pengetahuan
diperoleh dari intuisi, yakni pengetahuan yang bersifat personal, dan hanya
orang-orang tertentu yang mendapatkan pengetahuan ini.
b.
Saran
Keberhasilan pendidikan karakter ditentukan
oleh sejauh mana guru dapat berkomunikasi melalui 4 dimensi komunikasi dalam
pendidikan karakter yaitu komunikasi material, komunikasi formal, komunikasi
normatif dan komunikasi spiritual. Oleh karena itu, hendaknya guru
berkomunikasi melalui 4 dimensi komunikasi agar siswa dapat menginterpretasikan
persoalan-persoalan matematika dan menjadi pembelajaran bermakna sampai mereka
dewasa.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad tafsir, 2009. filsafat umum akal dan
hati sejak thales sampai capra. Remaja Rosdakarya, Bandung.hal 23
sampai
capra.Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Hal 24-28
Hakim,
M.A. dan Drs. Bani Ahmad Saebani, M.Si. 2008. filsafat umum dari metologi sampai teofilosofi. Pustaka Setia,
Bandung. Hal 206
Dipostkan
oleh : Aggrivina 22:51
Komentar
Posting Komentar